Friday, 15 July 2016

Aritmetika atau Jarimatika

ARITMETIKA ATAU JARIMATIKA?
By : Eliya Fadiyah, S. Pd.

Aritmetika (kadang salah dieja sebagai aritmatika) (dari kata bahasa Yunani αριθμός - arithnos = angka) atau dulu disebut ilmu hitung merupakan cabang (atau pendahulu) matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Oleh orang awam, kata "aritmetika" sering dianggap sebagai sinonim dari teori bilangan. Silakan lihat angka untuk mengetahui lebih dalam tentang teori bilangan.

Operasi dasar aritmetika adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian walaupun operasi-operasi lain yang lebih canggih (seperti presentase, akar kuadrat, pemangkatan, dan logaritma) kadang juga dimasukkan ke dalam kategori ini. Perhitungan dalam aritmetika dilakukan menurut suatu urutan operasi yang menentukan operasi aritmetika yang mana lebih dulu dilakukan.

Aritmetika bilangan asli, bilangat bulat, bilangan rasional, dan bilangan real umumnya dipelajari oleh anak sekolah, yang mempelajari algoritma manual aritmetika. Namun, banyak orang yang lebih suka menggunakan alat-alat seperti kalkulator, komputer atau sempoa untuk melakukan perhitungan aritmetika.
Perkembangan terakhir di Indonesia berkembang mempelajari aritmetika dengan bantuan metoda jarimatika yakni menggunakan jari-jari tangan untuk melakukan operasi kali-bagi-tambah-kurang.
Jadi sebenarnya Jarimatika bukan lawan kata Aritmetika. jarimatika adalah salah satu metoda Aritmetika.
Penulis berpengalaman mengajar, baik kelas maupun privat sejak tahun 1990. Untuk murid-murid sekolah dasar khususnya kelas satu atau dua, bantuan ‘alat peraga’ seperti jari tangan, sticks, atau gambar buah/benda, atau banyak lagi alat bantu hitung di toko, sangat membantu pemahaman dasar mereka mengenai ilmu menghitung.

Namun saya pernah tercengang tatkala salah seorang murid bertanya,” Bu, kalau tidak punya jari bagaimana cara menghitungnya?” Tentu saja bisa pakai alat bantu hitung lain seperti sticks.

Namun sekarang banyak bimbingan belajar / bahkan sekolah yang tidak mau menggunakan alat bantu hitung apapun. Mereka harus menghafal hasil-hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian. Paling tidak guru menggunakan metoda ‘pancingan’ untuk mempermudah murud menghitung. 

Misal saat murid harus mencari hasil dari 8+3, guru/pembimbing mengingatkan bahwa 8 + 2 = 10. Jadi kalau ditambah 3 = berapa?
Sekilas metoda ini bagus untuk melatih daya ingat dan kecepatan menghitung murid. Tetapi pemahaman makna penjumlahan 2 bilangan menjadi kabur, oleh karena mengejar kecepatan dan hapalan semata.


Oleh karena itu, bagi penulis, metoda yang paling tepat digunakan adalah dengan alat bantu terlebih dahulau, setelah siswa – siswi memahami makna operasi hitung, baru menggunakan metoda cepat/hapalan.